"Karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya.. aah... aah...
Karena setiap aksara membuka jendela dunia.. aah... aah...
Kata demi kata mengantarkan fantasi
Habis sudah, habis sudah
Bait demi bait pemicu anestesi
Hangus sudah, hangus sudah
Karena setiap abunya membangkitkan dendam yang reda
Karena setiap dendamnya menumbuhkan hasutan baka"
Yup, barisan frase diatas adalah untaian yg dibuat oleh band indie Efek Rumah Kaca. Jujur, saya baru kali ini menemukan band yang topik lagunya sangat unpredictable. Mana ada band yang ngambil tema tentang buku hahahaha. Sangat kreatif memang band ERK. Btw, ada benarnya proyeksi dalam lirik lagu diatas. Semakin lama keberadaan buku secara harfiah mulai tergerus. Memang sekarang kita merasa gak ada perubahan aPa-apa. Kalau ke gramedia, atau ke toko buku ya masih banyak aja buku-buku yang dipajang dan gak pernah habis.
Tapi eksistensi buku saat ini hanya sebatas pada "dasar", sedangkan ruang mainstreamnya tetap saja dikuasai oleh internet. Bahkan tablet pc mana yg saat ini tidak menyediakan aplikasi untuk e-book. Hmm, padahal bagi saya membaca buku yang benar-benar nyata adalah ketika kita bisa meraba tiap sudut covernya, dapat menghirup aroma kertas dan membolak-balik lembar sesuai keinginan kita. Nggak sreg rasanya kalau membaca suatu novel atau tulisan melalui ebook atau media selain kertas lainnya. Yup, maka dari itu lestarikanlah buku & "Jangan Bakar Buku!"
Nikita Mirawati
Jumat, 02 November 2012
Jumat, 26 Oktober 2012
Buku Harian Wanita Yang Natural
Wanita yang secara kasat mata tampak rapuh dan lemah
ternyata menyimpan sisi tegar dan kekuatan batin yang luar biasa besar. Dan
buku Diary si Mom ini merupakan rangkaian pengungkapan pengalaman mengenai
impian seorang wanita, kekacauan rumah tangga, hingga kekuatan masif sang ibu
dalam mengasuh anaknya seorang diri atau single fighter. Dituangkan dengan
bahasa bertutur yang lembut dan penuh penghayatan, namun tidak terksesan menye.
Dan pastinya, mampu memberikan wejangan hidup kepada para calon ibu atau ibu
muda yang sedang meniti karir rumah tangga.hmm, pasti ada puluhan tanda tanya
di kepala kalian, kalimat apakah gerangan diatas? yup, saat membaca sinopsis
diatas saya lumayan tersentuh dengan tiap-tiap diksinya. Berawal dari situlah
saya mulai tertarik membaca buku yang di-sinopsiskan diatas, yup, judulnya
adalah "Diary si Mom". Kenaturalan bertutur, majas yg tak terlalu
hyper & pembelajaran yang luar biasa. Bagi yg penasaran silahkan aja mampir
ke Diary si Mom
Rabu, 24 Oktober 2012
Kata-Kata Indah Dari Seorang Pengayuh Becak
Menarik,
itulah tanggapan saya saat pertama kali melihat cover buku sastra ini. Bukan art-cover nya yang bikin mata saya
berwarna, art-cover nya sih oke, cuma
judul buku itulah yang sangat menarik. Yakni “99 Antologi Puisi PleidoiBecakan” karya Madi Omdewo. Otomatis saya comot aja buku itu dari rak buku
koleksi kawan saya. Maklum, kami suka tukeran buku sama temen, tapi kawan saya
bukunya lebih ngeri banyaknya, gimana nggak, dia kerja di penerbitan sih :D, nih
buka aja dan mampir Puisi Seorang Tukang Becak
Kembali ke
buku.Yang lebih membuat saya
terpana adalah ketika membaca profil pengarangnya, kebiasaan lama, kalau baca
buku mesti pengen tahu riwayat pengarangnya dulu. Bahwa om Madi Omdewo ini
merupakan paruh baya asli Surabaya yang semenjak kecil hidup dalam kekangan
batas ekonomi. Ibunya, emak Sutiyah
merupakan bakul srawut-tiwul dan singkong rebus, sedangkan sang ayah dulunya adalah
tukang kayu & batu. Nah, si Madi remaja ini rupanya punya ketertarikan
khusus terhadap sastra puisi, bahkan dia dulunya sering dimintai tolong
kawannya untuk membuatkan puisi untuk kekasihnya.Yang paling
menarik, entah sang penulis hanya berendah diri atau maksud lain saat ini sang
penulis, yakni om Madi berprofresi sebagai tukang becak alias ngetrek kalau bahasa jawanya. Dia merasa
kebutuhan menulis puisi pleidoi adalah rasa “lapar” baginya dan wajib dilakukan
seusai “mbecak”.Oke, mari
kita jelajahi puisi demi puisi dari om Madi ini. 99 puisi yang tersaji memang
bisa kita sebut sebagai puisi historis urban atau metropolis yang kental.
Sebagai pengayuh becak tentu belia akrab dengan pelosok tertentu jalan aspal
maupun kerikil di sudut kota. Seluruh fenomena dan detail haru-biru di berbagai
sudut kota Surabaya di kucurkan melalui sebaris kata kiasan yang bermakna.Ada “Kala
Rupiah Estafet di IRBA” yang berisikan fenomena pedagang ikan hias dan kelinci
di sepanjang deretan jalan Irian Barat tepi sungai Brantas. Digambarkan melalui
kata indah sang penulis, bahwa Irba telah bertanformasi menjadi surga bagi
pedagang maupun penggemar ikan hias Surabaya. Digambarkan betapa pasar ikan
disitu menjadi ladang bisnis yang sukses dan menggiurkanLalu “Surat
Yth Kepala Dinas” yang merupakan apresiasi sang penulis entah kepada walikota
entah kepada siapa, yang jelas disitu terasa sekali apresiasi om Madi terhadap
keindahan area tengah kota Surabaya yang elegan, penuh mobilitas dan selalu tak
pernah sepi. Tanpa banyak bermetafora namun lumayan meresap dengan bahasa yang
natural dan tak terlalu hiperbola.Atau “Badai
Bulan Desember” yang merepresentasikan makna lagu milik kelompok musik cadas
asal Surabaya, yakni AKA. Dimana nilai kehidupan yang dramatis dan menyilaukan
terangkum lembut dalam rangkaian kalimat sang penulis. Dan masih banyak lagi
judul-judul puisi yang isinya patut kita resapi. Bahkan saya masih terpana
bagaimana seorang penarik becak bisa merangkai untaian kata dengan indah
seperti ini, great!!!!!!Buku Cerdas Mengenai SOP
Suatu keberuntungan
punya seorang kawan yang kerja di Penerbit. Bagaimana tidak, untuk seorang
penggila baca kayak saya gini membaca buku secara free adalah suatu yang sedikit “wah”. Bukannya doyan gratisan, tapi
ya mumpung ada kesempatan, hehehe. Kawan saya ini bekerja di Penerbit domisili
Surabaya, namanya Penerbit SIC. Memang awalnya saya merasa biasa aja sama
penerbit tersebut, secara saya kira nggak jauh beda sama penerbit lainnya.Nah, ketertarikan saya
dengan Penerbit tersebut berawal saat saya main kerumah kawan saya. Kebetulan
di rumahnya menumpul buku-buku terbitan tempat kerjanya itu. Dasar book addict, begitu lihat tumpukan buku
nganggur dan siap untuk dibaca mata saya langsung berbinar. Tanpa babibu
langsung aja saya nyomot satu persatu buku milik penerbitan kawan saya itu dan
membaca sekilas blurb di bagian
belakang cover. Dan hasilnya??? Lumayan jatuh cinta sama penerbitnya. Karena
Penerbit tempat kerja temen ane itu punya karakteristik sendiri, mulai dari
penulis daerah yang potensial, buku fiksi hingga ilmiah yang paten dan lainnya.Nah, kebetulan saya
kala itu ngebaca buku mengenai SOP (Standar Operating Procedure) yang biasa
diterapkan di perusahaan. Nah,sy mau sharing-sharing dikit nih tentang rahasia
membangun SOP milik penerbit SIC yang sy baca. Judulnya “Rahasia Membangun SOP”
lumayan recomended. Klik aja Cara Cerdas Membangun SOP Penerbit SIC
Apalagi penulis buku ini juga nggak asal nulis aja. Beliau sebelumnya telah
memliki pengalaman bekerja di industri manufaktur yang bergerak di bidang
Automotive Part Jepang. Disini dieksplorasi mengenai prinsip membuat SOP yang
terprosedur dan rapi.Ini nih bukunya,
Evaluasi adalah faktor
penting dalam mengukur efektifitas suatu SOP. SOP Tanpa parameter pengukur
kesesuaian standar yang disyaratkan menyimpan peluang kegagalan. Kehadirannya
dianggap remeh, maka sedikit sekali yang concern
padanya. Padahal tanpa SOP segalanya menjadi lebih rumit dan sulit. Maka dari
itu, SOP harus dibuat dengan materi yang matang dan penuh perhitungan. Dan
beragam metode untuk membangun SOP yang kuat adalah salah satunya pemastian
kualitas, standarisasi memperkecil peluang kegagalan hingga diagnosis sistem
organisasi. Bagi perancang SOP buku ini sangat bagus untuk dijadikan referensi.
Silahkan membaca
Langganan:
Postingan (Atom)